Ibu Andi
adalah seorang kuli nyuci dan setrika di kampungnya. Ibu Andi berjuang keras
untuk menyekolahkan anak-anak nya. Ayah Andi sudah lama meninggalkan mereka.
Dari semenjak Andi berumur satu tahun, ia sudah tidak punya ayah. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda
kaya yang tinggal di seberang desa nya. Walau sekarang ayahnya sangat kaya,
ayahnya tidak pernah mengirimkan uang untuk keluarganya. Ibu Andi sudah beberapa
kali meminta nafkah kepada mantan suaminya itu, tetapi ia malah mengusir ibu
Andi dan memarahi nya. Semenjak kejadian itu, ibu Andi selalu berusaha
membesarkan anak-anaknya dengan jerih payahnya sendiri. Ia berharap
anak-anaknya bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi agar bisa mendapatkan
pekerjaan yang mulia dan hidup sukses.
Jika
sarapan, keluarganya hanya makan gabah yang dibuang dari tetangganya. Makan
siangnya, karena tak punya uang, mereka mengganjal perutnya dengan minum air.
Saat makan malam, mereka kembali harus memakan gabah yang sudah diolah oleh ibu
nya. Jika ada uang lebih, mereka baru bisa makan nasi dan tempe. itu pun hanya
Andi dan kakak nya saja yang makan. Ibu nya selalu tidak ikut makan. Jika
ditanya kenapa ibu tidak makan, ibunya selalu menjawab sudah kenyang. Mereka
tidak tahu kalau ibunya berbohong hanya untuk menyisihkan jatah makan nya untuk
keesokan harinya. Agar Andi dan kakaknya tidak terus makan gabah yang tidak
sehat.
Meski sangat
miskin, Andi punya tekad kuat untuk menempuh pendidikan tinggi. Karena itu, ia
belajar keras demi memperoleh beasiswa agar bisa meneruskan sekolah ke
perguruan tinggi. Jarak rumah Andi ke sekolah hampir 3 kilometer. Namun
itu dapat ditempuhnya hanya dengan berjalan kaki. Ia tidak mau ibunya memberin
uang jajan yang berlebihan. Karena ia takut ibunya tidak dapat membayar listrik,
serta bayaran sekolah kakak dan dirinya.
Lepas SMA,
karena prestasinya bagus, Andi berhasil diterima di perguruan tinggi terkenal
di Surabaya. Untuk biayanya, ia bekerja sebagai tukang sapu jalan. Saat kuliah
inilah, bisa dikatakan sebagai awal mula titik balik kehidupannya. Setelah semester
5, Andi mulai mengajar les privat. Andi sering telat saat jam mengajar, karena
ia harus naik angkutan umum berkali-kali menuju rumah muridnya. Namun, karena
kegigihanya mengajar, dan banyak murid yang sangat senang diajarkan olehnya,
ada salah satu orang tua dari murid tersebut yang memberikannya sebuah sepeda motor.
Andi merasa
sangat bersyukur karena ia dapat menuju kampus dan tempatnya mengajar tanpa harus
naik angkutan umum berkali-kali yang menyita banyak waktu. Walaupun sepeda
motor itu adalah sepeda motor yang sering sekali mogok, karena usianya yang
sudah sangat tua. Sepeda motor itu sudah tidak dipakai lagi oleh pemiliknya, oleh
karena itu ia memberikannya kepada Andi.
Hari wisuda
pun tiba, dimana itu adalah hari yang sangat ia tunggu-tunggu. Andi mendapat
berita bahwa ia adalah mahasiswa dengan nilai terbaik dari fakultas nya. Ia pun
tidak sabar menunggu kehadiran ibu dan kakaknya. Lama sekali mereka datang,
padahal hampir semua temanya sudah duduk bersama kedua orang tuanya. Kakaknya
yang sudah bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan swasta, saat itu hanya
hadir seorang diri. Andi pun penuh tanda tanya dalam hati. Kemana seorang ibu
yang sangat dicintainya itu?? Karena ia ingin sekali ibunya melihat ia naik ke
mimbar untuk penyerahan penghargaan mahasiswa nilai terbaik dan memberikan
pidato singkat.
Pada saat
Andi menanyakan keberadaan ibunya, kakaknya hanya menjawab bahwa ibunya tidak
bisa datang karena sakit. Andi merasa sangat sedih. Namun ia tidak bisa
mengelak, mana mungkin ibunya yang sedang sakit dipaksa harus datang ke acara
wisuda itu. Setelah acara wisuda selesai, semua mahasiswa berfoto-foto dengan
keluarganya. Namun Andi yang sedang khawatir dengan keadaan ibunya, meminta
kakaknya segera pulang bersamanya. Namun, saat dalam perjalanan pulang. Kakak
Andi mulai bercerita, ia mengatakan kepada Andi bahwa ibu nya telah meninggal.
Saat itu,
Andi yang tinggal di kos-an agar dekat dengan kampusnya, tidak mengetahui kalau
ibunya selama ini menutupi penyakitnya. Ia selalu berpura-pura sehat dihadapan
Andi dan kakak nya. Ternyata, tetangga yang sudah dianggap saudara oleh Andi
itu mengatakan bahwa ibunya sudah lama mengidap penyakit magh kronis. Kata
dokter, itu disebabkan karena ibu Andi sering menahan rasa lapar sampai
berhari-hari.
Kakak Andi
berusaha menenangkan hati Andi. Ia mengajarkan Andi rasa ikhlas yang tulus. Andi
pun dapat tegar menerima kenyataan pahit itu. Mereka pun bersama menuju ke
pemakaman ibu yang sangat dicintainya itu. Hal yang tidak pernah Andi
bayangkan, disaat hari kesuksesanya akan dimulai. Justru orang yang menjadi
semangat hidupnya tidak dapat menyaksikan dan merasakan kesuksesanya itu.
Lamunan Andi
buyar karena tunanganya yang tiba-tiba memegang pundaknya dari belakang.
Tunanganya terkejut saat Andi membalikkan badan. Mata Andi basah seperti habis
menangis. Andi pun akhirnya menceritakan kisah sewaktu kecilnya yang sangat
pahit. Tunangan Andi menanggapi Andi dengan sangat serius. Ia makin sangat
bangga dengan Andi. Ia pun menangis mendengar cerita Andi calon suaminya itu.
Ia tidak menyangka Andi seorang General Manager di sebuah perusahaan besar di
Jakarta berasal dari keluarga yang sangat miskin. Tunanganya hanya tahu, kalau
Andi adalah pria yang sangat mapan. Tinggal disebuah rumah mewah nan megah.
Mercy keluaran terbaru adalah yang tiap hari mengantarkannya ke kantor, dan membelikan
apapun yang diinginkannya.
Kini mereka
akan menempuh hidup baru. Andi akan hidup dengan seorang wanita cantik keturunan
Belanda. Tunanganya sangat baik dan lembut hati nya. Tunangan Andi mengatakan bahwa ia akan
berusaha menyayangi Andi seperti ibu nya menyayanginya. Senyuman bahagia pun terpancar dari wajah Andi.
Tulisan 3
Nama : Meta Puspita Sari
NPM : 14611442
Kelas : 2Sa04
intinya apa sih ? *mata pada becek bacanya*
BalasHapuskebanyakan belek yaa? jd becek
BalasHapus